Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), Budidaya jamur konsumsi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Saat ini, Indonesia sudah termasuk salah satu negara pemasok utama jamur dunia, akibatnya kebutuhan dalam negeri justru terabaikan.
Berdasarkan data MAJI (Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia), Jabar memproduksi 15-20 ton jamur merang dan 10 ton jamur tiram setiap hari. Sementara itu, Jateng memproduksi 1 ton jamur kuping dan 500 kg/hari jamur shitake setiap hari. Sebagian besar produksi jamur dipasarkan dalam bentuk segar. Jamur-jamur tersebut kebanyakan dipasarkan ke kota-kota besar yang menjadi tujuan pasar utama jamur selama ini.
Pasar jamur Jakarta dipasok dari Karawang, Bandung, Bogor, dan Sukabumi. Dari Cisarua-Bandung saja, tidak kurang dari 3 ton jamur tiram masuk Jakarta setiap hari. Sementara Karawang baru mampu memasok 3 ton.
Permintaan pasar terhadap kebutuhan jamur di kota Bogor, Sukabumi, dan sekitar Jakarta saat ini diperkirakan mencapai 5 s/d 10 ton perbulan. Permintaan jamur terus meningkat, berapa pun yang diproduksi oleh petani habis terserap. Kenaikannya sekitar 20%—25% pertahun.
Di Bandung, seorang penguasa keripik jamur tiram mampu memproduksi 50 s/d 100 kg keripik jamur tiram setiap hari. Padahal permintaan pasar mencapai 2 ton. maka peluang untuk budidaya jamur tiram tersebut masih sangat terbuka lebar.
Gambaran tersebut baru merupakan kebutuhan pasar dalam bentuk jamur segar. Padahal jamur konsumsi tidak hanya dipasarkan dalam keadaan segar, tetapi juga dapat diolah lebih lanjut menjadi produk olahan siap saji seperti keripik jamur, abon jamur, nughet jamur, dan makanan olahan jamur lain. Produk-produk tersebut selain meningkatkan nilai tambah juga merupakan perluasan pemasaran untuk menjaring lebih banyak konsumen.
0 komentar:
Posting Komentar